Kalbe.co.id - Kanker serviks adalah kanker
yang timbul di serviks atau di mulut/leher rahim. Kanker serviks
merupakan jenis kanker yang paling banyak nomor tiga di dunia. Jumlah
pengidap kanker serviks di Indonesia juga cukup besar dan akhir-akhir
semakin meningkat. Setiap hari ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah
kematian mencapai 20-25 orang atau bisa dikatakan setiap jamnya seorang
wanita Indonesia meninggal akibat kanker serviks.
Kanker
serviks disebut sebagai “silent killer” karena perkembangan kanker ini
sulit terdeteksi. Proses perjalanan infeksi virus penyebab kanker hingga
timbulnya gejala terjadi perlahan-lahan, yaitu sekitar 10-20 tahun.
Pertama, beberapa sel berubah dari normal menjadi sel-sel pra kanker
yang belum menimbulkan gejala dan akhirnya menjadi sel kanker yang akan
menimbulkan gejala. Proses ini seringkali tidak disadari. Dokter Laila
Nuranna, SpOG (K), Kepala Onkologi Ginekologi Obstetri Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, berujar bahwa sebagian besar kasus
kanker serviks yang terdeteksi sudah stadium lanjut sehingga sulit
diobati.
Kanker serviks sering timbul pada wanita paruh baya.
Mayoritas kasus yang ditemukan terjadi pada wanita berusia kurang dari
50 tahun. Banyak wanita tidak mengetahui bahwa dengan semakin
bertambahnya usia, semakin meningkat pula resiko mereka untuk mengidap
kanker serviks. Ini sebabnya penting bagi wanita yang telah berusia
untuk menjalani tes Pap Smear yang bisa mendeteksi sel-sel pra kanker
secara teratur.
Penyebab kanker serviks adalah infeksi Human
Papilloma Virus ( HPV ) atau virus papilloma manusia. Sekitar 70% kasus
kanker serviks adalah akibat infeksi HPV 16 dan 18. Kanker serviks dapat
terjadi jika infeksi HPV tidak sembuh dalam waktu yang lama. Apalagi
dengan sistem imun atau kekebalan tubuh yang rendah, infeksi akan
mengganas dan menyebabkan sel kanker. Virus ini dapat menyebar melalui
sentuhan: misalnya, ada virus HPV di tangan Anda, lalu Anda menyentuh
daerah genital, maka daerah serviks Anda dapat terinfeksi. Atau bisa
juga dari kloset di WC umum yang sudah terkontaminasi virus.
Selain itu, ada sejumlah faktor risiko atau penyebab kanker serviks:
• Wanita berusia di atas 40 tahun lebih rentan terkena kanker serviks.
Semakin tua maka semakin tinggi risiko.
• Faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks.
Namun hal ini bukan berarti jika keluarga Anda bebas kanker serviks maka Anda tidak akan terkena! Anda harus tetap berhati-hati dan melakukan tindakan pencegahan.
• Hubungan seksual di usia yang terlalu muda, berganti-ganti partner seks, atau berhubungan seks dengan pria yang sering berganti pasangan. Virus HPV dapat menular melalui hubungan seksual. Seandainya seorang pria berhubungan seks dengan seorang wanita yang menderita kanker servik, kemudian pria tersebut berhubungan sex dengan Anda, maka virus HPV dapat menular dan menginfeksi Anda.
• Memiliki terlalu banyak anak (lebih dari 5 anak). Pada saat Anda melahirkan secara alami, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks, yang dapat memicu aktifnya sel kanker. Semakin sering janin melewati serviks, semakin sering trauma terjadi, semakin tinggi resiko kanker serviks.
• Keputihan yang berlangsung terus-menerus dan tidak diobati. Ada dua macam keputihan, yaitu normal dan tidak normal. Pada keputihan yang normal, lendir berwarna bening, tidak bau dan tidak gatal. Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, artinya keputihan Anda tidak normal. Segera konsultasi dengan dokter!
• Membasuh atau membersihkan genital dengan air yang tidak bersih, misalnya air sungai atau air di toilet umum yang tidak terawat. Air yang kotor banyak mengandung kuman dan bakteri.
• Pemakaian pembalut wanita yang mengandung bahan dioksin (bahan pemutih yang dipakai untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas).
• Daya tahan tubuh yang lemah, kurangnya konsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat. Kebiasaan merokok juga menambah risiko kanker serviks.
• Wanita berusia di atas 40 tahun lebih rentan terkena kanker serviks.
Semakin tua maka semakin tinggi risiko.
• Faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks.
Namun hal ini bukan berarti jika keluarga Anda bebas kanker serviks maka Anda tidak akan terkena! Anda harus tetap berhati-hati dan melakukan tindakan pencegahan.
• Hubungan seksual di usia yang terlalu muda, berganti-ganti partner seks, atau berhubungan seks dengan pria yang sering berganti pasangan. Virus HPV dapat menular melalui hubungan seksual. Seandainya seorang pria berhubungan seks dengan seorang wanita yang menderita kanker servik, kemudian pria tersebut berhubungan sex dengan Anda, maka virus HPV dapat menular dan menginfeksi Anda.
• Memiliki terlalu banyak anak (lebih dari 5 anak). Pada saat Anda melahirkan secara alami, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks, yang dapat memicu aktifnya sel kanker. Semakin sering janin melewati serviks, semakin sering trauma terjadi, semakin tinggi resiko kanker serviks.
• Keputihan yang berlangsung terus-menerus dan tidak diobati. Ada dua macam keputihan, yaitu normal dan tidak normal. Pada keputihan yang normal, lendir berwarna bening, tidak bau dan tidak gatal. Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, artinya keputihan Anda tidak normal. Segera konsultasi dengan dokter!
• Membasuh atau membersihkan genital dengan air yang tidak bersih, misalnya air sungai atau air di toilet umum yang tidak terawat. Air yang kotor banyak mengandung kuman dan bakteri.
• Pemakaian pembalut wanita yang mengandung bahan dioksin (bahan pemutih yang dipakai untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas).
• Daya tahan tubuh yang lemah, kurangnya konsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat. Kebiasaan merokok juga menambah risiko kanker serviks.
Pada stadium dini, gejala kanker serviks tidak terlalu
kentara. Berikut adalah gejala-gejala yang ditemukan pada kanker
serviks :
• Sakit dan atau mengeluarkan darah saat berhubungan seksual, ,
• Keputihan yang tidak normal
• Menstruasi berlebihan
• Kurang nafsu makan, sakit punggung atau tidak bisa berdiri tegak, sakit di otot bagian paha, salah satu paha bengkak, berat badan naik-turun, tidak dapat buang air kecil, keluarnya air seni dari vagina, pendarahan spontan setelah menopause, tulang yang rapuh dan nyeri panggul.
• Sakit dan atau mengeluarkan darah saat berhubungan seksual, ,
• Keputihan yang tidak normal
• Menstruasi berlebihan
• Kurang nafsu makan, sakit punggung atau tidak bisa berdiri tegak, sakit di otot bagian paha, salah satu paha bengkak, berat badan naik-turun, tidak dapat buang air kecil, keluarnya air seni dari vagina, pendarahan spontan setelah menopause, tulang yang rapuh dan nyeri panggul.
Dengan
gejala-gejala kanker serviks yang tidak mencolok dan perkembangannya
cukup lama, hal yang dapat kita lakukan adalah berusaha menemukan kanker
serviks pada stadium dini.
Ada sejumlah metode untuk mendeteksi atau mengetahui apakah Anda terkena kanker servik, antara lain:
• IVA - Inspeksi Visual dengan Asam asetat.
Larutan asam asetat 3%-5% yang dioleskan ke leher rahim akan diamati apakah ada perubahan warna, misalnya muncul bercak putih. Jika ada, berarti kemungkinan terdapat infeksi pada serviks dan harus dilakukan pemeriksaaan lanjutan.
• Pap Smear atau dikenal juga dengan sebutan Papanicolaou test, Pap test, cervical smear, smear test.
Pemeriksaan pap smear memiliki berbagai kelebihan, antara lain: biaya murah, waktu cepat dan hasil akurat. Tes ini dianjurkan untuk dilakukan setidaknya satu tahun sekali. Hasil usapan leher rahim kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui apakah ada sel abnormal, infeksi atau radang. Melakukan pap smear secara teratur dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker serviks.
• Thin prep merupakan metode berbasis cairan yang lebih akurat dari pap smear, karena pap smear hanya mengambil sebagian sel dari leher rahim, sedangkan thin prep memeriksa seluruh bagian serviks. Sampel tersebut dijadikan slide dan diberi pewarna khusus agar lebih jelas. Membran khusus digunakan untuk membuat preparat dengan irisan tipis, yang akan memperlihatkan infeksi atau jaringan abnormal. Tingkat akurasi metode ini hampir mencapai 100%.
Ada sejumlah metode untuk mendeteksi atau mengetahui apakah Anda terkena kanker servik, antara lain:
• IVA - Inspeksi Visual dengan Asam asetat.
Larutan asam asetat 3%-5% yang dioleskan ke leher rahim akan diamati apakah ada perubahan warna, misalnya muncul bercak putih. Jika ada, berarti kemungkinan terdapat infeksi pada serviks dan harus dilakukan pemeriksaaan lanjutan.
• Pap Smear atau dikenal juga dengan sebutan Papanicolaou test, Pap test, cervical smear, smear test.
Pemeriksaan pap smear memiliki berbagai kelebihan, antara lain: biaya murah, waktu cepat dan hasil akurat. Tes ini dianjurkan untuk dilakukan setidaknya satu tahun sekali. Hasil usapan leher rahim kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui apakah ada sel abnormal, infeksi atau radang. Melakukan pap smear secara teratur dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker serviks.
• Thin prep merupakan metode berbasis cairan yang lebih akurat dari pap smear, karena pap smear hanya mengambil sebagian sel dari leher rahim, sedangkan thin prep memeriksa seluruh bagian serviks. Sampel tersebut dijadikan slide dan diberi pewarna khusus agar lebih jelas. Membran khusus digunakan untuk membuat preparat dengan irisan tipis, yang akan memperlihatkan infeksi atau jaringan abnormal. Tingkat akurasi metode ini hampir mencapai 100%.
Jika Anda sudah dideteksi menderita kanker serviks, jangan khawatir. Sekarang ini sudah ada sejumlah metode untuk mengobati kanker serviks. Pada stadium awal, pengobatan kanker serviks dilakukan dengan cara menyingkirkan bagian yang sudah terkena kanker, misalnya dengan pembedahan listrik, laser atau cyrosurgery (membekukan dan membuang jaringan abnormal).
Untuk pengobatan kanker serviks stadium lanjut, dilakukan terapi kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium akhir atau kasus yang parah maka terpaksa dilakukan histerektomi, yaitu bedah pengangkatan rahim (uterus) secara total agar sel-sel kanker yang sudah berkembang dalam kandungan tidak menyebar ke bagian lain dalam tubuh.
Mencegah
lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, sebelum Anda terkena
kanker serviks, berikut beberapa saran untuk mencegah infeksi virus HPV:
• Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh dengan cara konsumsi makanan bergizi. Jalani pola hidup sehat dengan cara makan sayuran, buah dan sereal. Perbanyak makanan yang mengandung vitamin A, C dan E serta asam folat untuk mengurangi risiko kanker leher rahim.
• Sebelum menggunakan toilet di tempat umum, selalu bersihkan bibir kloset dengan alkohol. Jangan membersihkan genital dengan air kotor.
• Hindari hubungan seks di usia dini. Hindari berhubungan badan dengan banyak partner karena HPV menular melalui hubungan seksual. Hindari berhubungan seks selama masa haid/menstruasi.
• Hindari merokok, karena penggunaan tembakau dapat menyebabkan kanker.
• Rutin melakukan screening berupa pap smear atau IVA untuk deteksi kanker serviks secara dini.
• Vaksinasi dapat dilakukan pada perempuan usia 10-55 tahun dengan jadwal suntikan sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan 0, 1 dan 6. Vaksin HPV akan meningkatkan daya imun anak sehingga lebih resistan terhadap virus.
• Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh dengan cara konsumsi makanan bergizi. Jalani pola hidup sehat dengan cara makan sayuran, buah dan sereal. Perbanyak makanan yang mengandung vitamin A, C dan E serta asam folat untuk mengurangi risiko kanker leher rahim.
• Sebelum menggunakan toilet di tempat umum, selalu bersihkan bibir kloset dengan alkohol. Jangan membersihkan genital dengan air kotor.
• Hindari hubungan seks di usia dini. Hindari berhubungan badan dengan banyak partner karena HPV menular melalui hubungan seksual. Hindari berhubungan seks selama masa haid/menstruasi.
• Hindari merokok, karena penggunaan tembakau dapat menyebabkan kanker.
• Rutin melakukan screening berupa pap smear atau IVA untuk deteksi kanker serviks secara dini.
• Vaksinasi dapat dilakukan pada perempuan usia 10-55 tahun dengan jadwal suntikan sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan 0, 1 dan 6. Vaksin HPV akan meningkatkan daya imun anak sehingga lebih resistan terhadap virus.
sumber kalbe.co.id
No comments :
Post a Comment